Kisah binatang jadi-jadian yang banyak terdengar dalam
budaya masyarakat kita, ternyata juga terdapat di belahan lain bumi.
Bahkan ada seorang tokoh dunia terkenal disebut pula sebagai salah satu
pengidapnya. Benarkah makhluk demikian ada, bagaimana pula muasal
kelahirannya?
Walaupun kedengarannya seperti sebuah kisah dalam film
Holywood, namun, kisah mengenai manusia yang dapat berubah menjadi
serigala dapat ditemukan di banyak negara di dunia.
Bahkan, kisah mengenai
makhluk yang biasa dikenal dengan nama Werewolf atau
Lycan ini bisa ditemukan
di catatan-catatan Yunani kuno.
Begitu beragamnya manusia jadi-jadian di bumi ini.
Mulai dari manusia harimau atau manusia beruang di kawasan Asia, manusia
hyena yang hidup di Afrika, manusia anjing di hutan coyote dan diburu
di Amerika Tengah, sedangkan manusia kadal terlihat berkeliaran di
Selandia baru.
Sama halnya dengan mitos babi ngepet atau leak dalam
sebagian masyarakat kita, hingga orang Barat yang memfiksikannya dalam
film semisal An American Werewolf in London
(1981) dan Wolf (1994) yang diperani
Jack Nicholson.
Ternyata semua binatang
jadi-jadian itu memiliki karakter serupa. Misalnya, perubahan di malam
hari, menularkan kemampuan berubah bentuk melalui tetesan darah dalam
gigitan, luka yang terjadi dalam bentuk binatang juga muncul dalam wujud
manusia, atau binatang jadi-jadian yang mati untuk segera kembali
berubah jadi manusia.
Benarkah Manusia Serigala Akibat Dari kutukan?
Herodotus, sejarawan Yunani dari abad V SM, mengatakan pada kurang lebih 2.400 tahun lalu, bahwa penduduk di daerah yang sekarang bernama Lithuania dan Polandia, mengaku berubah menjadi manusia serigala selama beberapa hari dalam setahun.
Masa itu manusia serigala adalah manusia dengan
dorongan kuat memangsa manusia lainnya. Melalui sihir mereka berubah
menjadi serigala hitam untuk memudahkan mewujudkan niatnya. Sekali
berubah, menurut kepercayaan lama, akan terus menyimpan kekuatan dan
kelicikan serigala.
Baru di abad 1 SM Virgil sebagai penulis Latin yang
pertama kali menyebut-nyebut soal takhayul ini, kemudian diikuti oleh
Propertius, Servius, dan Petronius. Petronius yang kepala urusan hiburan
zaman pemerintahan Kaisar Nero (54 – 68) bertutur tentang manusia
serigala dalam bentuk sastra roman Satyricon. Dengan bumbu terang bulan,
pekuburan, dan luka abadi setelah kembali jadi manusia, membuat roman
itu sebagai bacaan hiburan.
Namun ada juga sebagian tradisi Roma dan Yunani
menganggap manusia berubah jadi serigala sebagai hukuman dewa, karena ia
telah mempersembahkan korban berupa manusia, seperti yang dikatakan
Pliny seorang sejarawan masa itu (61 – 113).
Meski pada abad XVIII kisah tentang manusia serigala
tidak lagi diterbitkan, bukan berarti orang berkurang minat terhadap
manusia serigala. Justru kepercayaan itu demikian bertambah kuat, bahkan
sering diterima sebagai kebenaran, bukan lagi sebuah fiksi.
Bagaimanakah Karakteristik Manusia Serigala?
Menurut legenda, pada
saat bulan purnama, seorang manusia, dalam kondisi tertentu akan berubah
menjadi serigala. Tubuhnya akan menjadi tinggi dan kuat. Matanya
bersinar terang seperti hewan pada umumnya dan alisnya yang lebat akan
bertemu di tengah. Mulutnya terlihat selalu kering, seperti orang yang
kehausan.
Kulitnya kasar dan ditumbuhi bulu yang lebat. Telinganya berubah menjadi lancip seperti anjing dengan gelambir yang menggantung di lehernya. Bedanya dengan serigala asli, manusia serigala tidak memiliki ekor.
Salah satu metode untuk mengidentifikasi manusia serigala/werewolf dalam rupanya sebagai manusia adalah dengan melukai tubuhnya. Jika ia adalah manusia serigala, maka di bagian tubuh yang terluka akan terlihat adanya bulu seperti serigala.
Cara lainnya, menurut legenda Rusia, seorang manusia serigala/werewolf dapat dikenali dengan adanya bulu di bawah lidahnya.
Walaupun dalam film-film Holywood disebutkan kalau manusia serigala/werewolf bisa dibunuh dengan peluru perak, karakteristik ini tidak bisa ditemukan di dalam legenda.
Bagaimana cara berubah menjadi Manusia Serigala/Werewolf
Kulitnya kasar dan ditumbuhi bulu yang lebat. Telinganya berubah menjadi lancip seperti anjing dengan gelambir yang menggantung di lehernya. Bedanya dengan serigala asli, manusia serigala tidak memiliki ekor.
Salah satu metode untuk mengidentifikasi manusia serigala/werewolf dalam rupanya sebagai manusia adalah dengan melukai tubuhnya. Jika ia adalah manusia serigala, maka di bagian tubuh yang terluka akan terlihat adanya bulu seperti serigala.
Cara lainnya, menurut legenda Rusia, seorang manusia serigala/werewolf dapat dikenali dengan adanya bulu di bawah lidahnya.
Walaupun dalam film-film Holywood disebutkan kalau manusia serigala/werewolf bisa dibunuh dengan peluru perak, karakteristik ini tidak bisa ditemukan di dalam legenda.
Bagaimana cara berubah menjadi Manusia Serigala/Werewolf
Di Italia, Perancis dan
Jerman, disebutkan kalau seseorang dapat berubah menjadi manusia
serigala/werewolf dengan cara tidur di luar rumah pada saat bulan
purnama musim semi yang jatuh pada hari rabu atau jumat tertentu.
Lalu, ada juga yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi manusia serigala/werewolf karena digigit oleh werewolf lain. Ini membuatnya menjadi sama seperti legenda Vampire. Ada lagi yang percaya kalau seseorang bisa berubah menjadi manusia serigala/werewolf karena dikutuk.
Tetapi, kebanyakan legenda percaya kalau transfigurasi seorang manusia menjadi werewolf terutama diakibatkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas satanic atau sihir.
Pandangan ini meluas pada abad pertengahan di Eropa yang diiringi dengan perburuan manusia serigala/werewolf, vampire dan penyihir. Di Perancis sendiri, antara tahun 1520 hingga tahun 1630, ada sekitar 30.000 orang yang ditangkap karena dianggap sebagai manusia serigala/werewolf. Kebanyakan dari tersangka ini kemudian menjalani penyiksaan dan interogasi yang keji hingga tewas.
Walaupun sering dianggap sebagai aktifitas satanic, ada sebuah kisah yang cukup membingungkan.
Pada tahun 1692, seorang pria berusia 80 tahun yang bernama Thiess dari Livonia memberikan kesaksian di bawah sumpah kalau ia dan beberapa teman lainnya adalah werewolf yang disebutnya sebagai "Anjing pemburu Tuhan".
Ia mengklaim kalau mereka adalah perajurit yang diutus Tuhan untuk memburu para penyembah setan dan para penyihir. Thiess juga mengatakan kalau kelompok werewolf seperti dia juga terdapat di Rusia dan Jerman.
Kesaksian Thiess dianggap sebagai penghujatan terhadap Tuhan dan ia dihukum 10 kali cambukan karenanya
Menurut kepercayaan lama ada tiga macam manusia
serigala.
Pertama, yang memperolah kemampuan itu melalui
keturunan. Konon, kutukan terhadap nenek moyang menjadikan setiap
keturunannya menjadi manusia serigala.
Kedua,
orang yang dengan sukarela jadi manusia serigala dengan alasan dan
tujuan jahat.
Sedangkan yang terakhir
adalah manusia serigala berhati lembut dan baik. Kondisinya yang tidak
lazim, malah membuatnya merasa malu.
Sebenarnya, transformasi sering dilakukan oleh
dukun-dukun suku tertentu dengan tujuan baik untuk mengatasi masalah di
kelompoknya. Saat langka makanan, misalnya, si dukun bisa saja berubah
wujud menjadi binatang jadi-jadian serupa makhluk yang akan diburu,
supaya lebih mudah melacak buruan itu.
Ada
juga yang tidak berubah wujud tetapi meminjam tubuh binatang untuk
memata-matai, menyantet, atau sekadar untuk menakut-nakuti musuh.
Penjelasan Alternatif Tentang Manusia Serigala
Sepertinya
sulit mengabaikan keberadaan makhluk ini. Jika manusia serigala
hanyalah sebuah cerita rakyat, dongeng atau rekaan Holywood, mengapa
kisah penampakan makhluk ini
bisa tersebar ke seluruh dunia sejak ribuan tahun yang lalu?
Dan jika kisah werewolf baru muncul beberapa puluh tahun belakangan, mungkin kita bisa berargumen kalau televisi dan media yang telah menyebarkannya. Tetapi, sepertinya setiap wilayah di dunia, punya kisah manusia serigala/werewolfnya masing-masing.
Jadi, apakah makhluk yang disebut manusia serigala/werewolf benar-benar ada?
Sebelum masuk ke situ, mungkin ada baiknya kita melihat beberapa teori alternatif yang berusaha menjelaskan mengenai makhluk ini.
Teori alternatif ini dibuat berdasarkan premis kalau tidak ada manusia yang bisa berubah menjadi serigala. Yang ada adalah salah interpretasi atau cerita hiperbolik yang diceritakan secara turun-temurun.
Ini adalah beberapa diantaranya:
Dan jika kisah werewolf baru muncul beberapa puluh tahun belakangan, mungkin kita bisa berargumen kalau televisi dan media yang telah menyebarkannya. Tetapi, sepertinya setiap wilayah di dunia, punya kisah manusia serigala/werewolfnya masing-masing.
Jadi, apakah makhluk yang disebut manusia serigala/werewolf benar-benar ada?
Sebelum masuk ke situ, mungkin ada baiknya kita melihat beberapa teori alternatif yang berusaha menjelaskan mengenai makhluk ini.
Teori alternatif ini dibuat berdasarkan premis kalau tidak ada manusia yang bisa berubah menjadi serigala. Yang ada adalah salah interpretasi atau cerita hiperbolik yang diceritakan secara turun-temurun.
Ini adalah beberapa diantaranya:
Kanibalisme Manusia Berjubah kulit serigala
Kasus manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII. Adalah Jean Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di pengadilan Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat perjanjian dengan setan di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut pengakuannya pemberian setan, tiap malam ia bisa berkeliaran sebagai serigala, namun di siang hari kembali ke bentuk manusia. Ia telah membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang sendirian di ladang, juga menculik bayi yang ditinggal di rumah.
Sejauh menyangkut perilaku kanibalisme, penyelidikan
menunjukkan kebenaran pengakuannya. Namun dari sudut kedokteran, remaja
ini digolongkan penderita lycanthropy. Kelainan jiwa ini menyebabkannya
berkhayal tubuhnya berubah bentuk menjadi hewan. Namun karena menilik
usianya yang masih belia, Grenier cuma dihukum kurungan seumur hidup di
Biara Fransiskan, Bordeaux.
Perubahan Grenier dengan menyamar di bawah kulit
serigala serupa dengan cara transformasi manusia beruang di Skandinavia
yang menggunakan kulit beruang. Selain kulit binatang, konon ada alat
lain, yaitu korset. Ada yang terbuat dari kulit asli binatang, ada yang
dari kulit manusia yang dihukum gantung. Dua alat itu banyak dipakai di
Prancis, Jerman, Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Timur. “Benda sakti” lainnya adalah
salep khusus berisi ramuan dari kelompok tanaman “solanaceae” yang membangkitkan halusinasi.
Selain itu ada lagi alat dan cara untuk
bertransformasi yang berupa jimat, ramuan, dan mantera pemujaan pada
iblis. Khusus pemakaian jimat, justru orang di sekitar si pemakai yang
terpengaruh seakan-akan melihat manusia serigala, padahal si pelaku
tidak berubah. Di luar saat bulan purnama, perubahan sering terjadi
spontan dan lepas dari kendali pelakunya.
Penampilan si pelaku yang menakutkan, tindak
kejahatannya yang mengerikan, dan terutama karena kengerian terhadap
kekuatan setan, membuat manusia serigala jadi obyek yang harus diburu
dan dimusnahkan. Penghukuman terhadap mereka terjadi di hampir sepanjang
sejarah di Eropa. Malah pelaku kejahatan apa pun dengan mudahnya dapat
dijuluki manusia serigala.
Pembunuhan massal sering disebut akibat kejahatan
manusia serigala. Seperti yang menimpa Peter Stubbe di tahun 1590 (ada
yang menyebut Peter Stump di tahun 1589) dari Bedburg, dekat Cologne. Ia
dituduh sebagai serigala yang kanibal setidaknya pada dua pria, dua
wanita hamil, dan tiga belas kanak-kanak, dan inses dengan adik
perempuannya.
Hukuman yang diterimanya luar biasa. Setelah
dicabik-cabik dengan penjepit, dilindas roda, dipancung, akhirnya tubuh
tanpa kepala itu dibakar. Hukuman bakar hidup-hidup ternyata juga
diberlakukan untuk gundik dan anak perempuannya.
Di Prancis dan Jerman, manusia serigala biasanya
memang dibakar atau digantung. Seperti yang terjadi terhadap lebih dari
200 laki-laki dan perempuan Pirenea (antara Prancis dan Spanyol) di
seputar abad XVI, karena diduga manusia serigala/werewolf.
Menurut Elton B. McNeil dalam The Psychoses (1970),
demam berburu manusia serigala bisa disamakan dengan perburuan terhadap
penyihir. Secara kejiwaan mereka yakin, orang akan diberkati bila ia
mampu menangkap pelayan atau sekutu iblis.
Tak
heran, saat itu di Prancis banyak ditemukan manusia serigala kagetan.
Dalam satu periode – antara 1520 – 1630 – di Prancis tercatat 30.000
kasus manusia serigala.
Ada beberapa patokan untuk menentukan apakah seekor
serigala jadi-jadian atau tidak. Konon, manusia serigala akan
mempertahankan suara dan mata manusianya. Sedangkan menurut suku Indian,
yang berubah jadi serigala hanya bagian kepala, tangan, dan kaki.
Dalam ujud manusia, ada beberapa ciri khas yang
membedakannya dengan manusia biasa. Dua ujung alisnya saling bertemu di
tengah, jari-jari tangannya yang panjang agak kemerahan, dengan jari
tengah yang sangat panjang. Selain telinganya agak ke bawah dan sedikit
ke belakang, tangan dan kakinya cenderung berbulu lebat.
Rasa takut terhadap manusia serigala lebih mudah
dipahami dengan mengetahui alasan takut terhadap serigala. Sebelum abad
XX di Eropa dan Asia Utara, serigala dianggap binatang paling cerdik
yang berbahaya bagi manusia dan ternak. Apalagi bila serigala itu gila.
Cukup sekali gigit korbannya bisa tewas mengerikan. Sampai-sampai ada
institusi pemerintah Prancis yang khusus mengontrol serigala, paling
tidak sejak pemerintahan Charlemagne (768 – 814), hingga abad ini.
Di Eropa pada abad pertengahan, serigala terkadang
digantung bersebelahan dengan pelaku kejahatan di tiang gantungan,
sebagai simbol ditaklukkannya kejahatan. Serigala pernah jadi masalah
serius Irlandia abad XVII, sehingga sepotong kepala serigala sama nilai
hadiahnya dengan kepala pemberontak.
Manusia Serigala Hanyalah halusinasi?
Ada pendapat, manusia serigala timbul akibat halusinasi. Antara lain, pengaruh racun ergot yang dihasilkan oleh jamur “Claviceps purpurea” pada gandum. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.
Halusinasi akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada
abad pertengahan. Itu tak lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa
mengkonsumsi biji gandum yang terkontaminasi, sementara gandum bersih
disimpan hanya untuk bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir,
bila memakan biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.
Satu kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St Esprit
di Rhone Valley, dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang
mati, sedangkan kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat
mengaku, telah mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa
seolah-olah otaknya dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang
sanggup membebaskan diri dari jaket pengikat orang gila sampai 7x, namun
rontok giginya karena menggigit putus tali pengikat dari kulit yang
membelenggunya, dan yang tidak kalah unik mereka mampu membengkokkan dua
batang teralis besi di jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa
dikejar-kejar harimau.
Pendapat lain menduga manusia serigala adalah akibat
persepsi keliru terhadap penyakit keturunan congenital porphyria.
Menurut dr. Lee Illis dari Guy Hospital, London, pengidapnya amat tak
tahan terhadap cahaya (karena itu mereka hanya bisa keluar malam hari),
giginya berwarna merah atau coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala
gangguan jiwa (dari histeris ringan hingga depresi maniak). Akibat borok
pada luka lambat laun mengubah bentuk tangan mereka menjadi serupa
cakar.
Namun, pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus,
yang menjelaskan manusia serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri
khusus berupa mata cekung dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka
pada kulit penderita jauh berbeda dengan kulit serigala.
Roh jahat dalam perjalanan astral yang merasuki
Manusia Serigala
Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi mengabaikan “koor” pendapat para dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang otak.
Maka untuk memudahkan dibedakanlah antara makhluk
mitos manusia serigala dan penderita kejiwaan (lycanthrope).
Lycanthropy berakar dari kata Yunani lycos artinya
serigala dan anthropos atau manusia. Meski ada yang menyebut secara
berbeda. Robert Burton dalam buku pengobatan klasik The Anatomy of
Melancholy (1621) misalnya, menggunakan istilah kegilaan terhadap
serigala.
Mula-mula lycanthrope dipakai untuk menggambarkan
fenomena kuno berupa kemampuan orang bermetamorfosis jadi binatang.
Namun lama-lama istilah itu diaplikasikan khusus untuk orang yang di
alam subnormal yakin mampu berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan
dengan dorongan bersikap sadis dan obsesi terhadap darah dan daging yang
terus bertahan dari waktu ke waktu di berbagai tempat – bahkan di
negara beradab. Selera terhadap daging manusia itulah yang mengubah
manusia menjadi monster. Namun secara nyata penderita lycanthrope tidak
pernah berubah bentuk, suara, dan perilaku menjadi serigala.
Mengenai penampilannya yang tetap manusia, pada abad
XV – XVI penderita lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh
di bawah kulit. Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541,
ketika seorang petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh
beberapa orang korbannya. Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala
meski secara fisik tidak berujud binatang. Itu tak lain karena
bulu-bulunya tersembunyi di bawah, bukan di atas, kulit. Untuk
membuktikan ucapannya, penduduk segera memotong lengan dan kakinya.
Alhasil, kekecewaan yang didapat, karena yang ada cuma darah, otot, dan
tulang biasa.
Malah dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme,
dan lycanthropy Man into Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler
menyebut kemungkinan Adolf Hitler
sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada kesaksian bagaimana sang
Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat mengamuk.
Sedangkan manusia serigala/werewolf adalah orang yang
dengan kekuatan sihir atau mantera khusus dipercaya mampu mengubah diri
menjadi serigala. Ia benar-benar serupa serigala baik keganasan,
kekuatan, kelicikan, dan kecepatan larinya. Ia bisa bertahan dalam
kondisi itu selama beberapa jam saja atau bahkan permanen.
Pendapat yang menguatkan keberadaan manusia serigala
didukung oleh spiritualis Rose Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan
astral. “Katakanlah ada orang
yang pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang mengerikan. Saat ia
melakukan perjalanan astral, roh jahat yang banyak berkeliaran bebas di
udara akan menangkap, mengubahnya menjadi serigala atau binatang
lainnya, dan memanfaatkannya untuk tujuan keji.”
Mungkinkah Faktor Penyebab Utama Karena Dorongan bebas nilai?
Mungkinkah Faktor Penyebab Utama Karena Dorongan bebas nilai?
Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.
Senada dengan itu, John Godwin, penulis
Unsolved: The World of the Unknown,
lebih menyoroti dorongan dalam diri manusia. Jujur saja, sebenarnya
manusia memiliki sifat buruk serupa serigala yang selama ini ditekan
untuk tidak muncul. “Dengan berubah, mereka bebas dari wujud fisik
manusianya yang mengalangi mewujudkan dorongan dan keinginan kuat tanpa
perlu merasa bersalah atau takut. Dalam wujud binatang, tidak ada lagi
tabu yang harus dijaga. Karena binatang memang tidak mengenal tabu.”
Sedangkan James VI dari Skotlandia dalam Daemonologie
(1597), melihat penyebabnya adalah segunung masalah yang dihadapi
manusia mulai dari bencana alam dan cuaca buruk, gagal panen, serangan
hama, dan kejahatan yang meningkat. Semua itu perlu seseorang atau
sesuatu untuk disalahkan. Gampangnya, serigala dijadikan kambing hitam.
Selain itu adalah ketidaksiapan penduduk untuk melepaskan kepercayaan
atas makhluk sejenis itu membuat manusia serigala terus eksis dalam
waktu lama.
Richard Carrington, penulis Mermaids
and Mastodon menyamakan alasan di balik kepercayaan akan manusia
serigala dengan kepercayaan primitif, bahwa monster sebenarnya bentuk
yang diciptakan manusia sendiri, untuk mengkompensasikan posisinya
sendiri yang demikian kecil di alam semesta.
Saat peradaban
makin maju, mitos binatang menakutkan pun lenyap. Contohnya, suku Indian
Sioux di Dakota Utara, AS, yang dulu percaya akan adanya binatang
pemangsa manusia. Tapi, keturunannya di abad ini melupakan mitos itu.
Menurut mereka, takhayul itu lahir akibat rasa takut terhadap mastodon
yang berkeliaran di dataran Dakota.
Jadi apakah makhluk ini berasal dari aktivitas sihir?
Ataukah makhluk ini seekor cryptid yang belum dikenal?
Namun, pertanyaan terpentingnya adalah, apakah manusia bisa berubah menjadi hewan?
Jika semua teori di atas tidak bisa menjelaskannya, maka saya rasa, jawaban paling "masuk akal" adalah: Manusia Serigala/Werewolf memang ada dan ya, manusia bisa mengalami transfigurasi menjadi hewan dengan melakukan sihir tertentu.
Tapi, jika kalian tidak mempercayai adanya sihir yang bisa menyebabkan seorang manusia mengalami transfigurasi menjadi hewan, maka saya tidak punya teori lagi untuk dikemukakan.
Ataukah makhluk ini seekor cryptid yang belum dikenal?
Namun, pertanyaan terpentingnya adalah, apakah manusia bisa berubah menjadi hewan?
Jika semua teori di atas tidak bisa menjelaskannya, maka saya rasa, jawaban paling "masuk akal" adalah: Manusia Serigala/Werewolf memang ada dan ya, manusia bisa mengalami transfigurasi menjadi hewan dengan melakukan sihir tertentu.
Tapi, jika kalian tidak mempercayai adanya sihir yang bisa menyebabkan seorang manusia mengalami transfigurasi menjadi hewan, maka saya tidak punya teori lagi untuk dikemukakan.
Karena itu pendapat mengenai manusia serigala/werewolf
hanya takhayul belum mencapai kata putus. Jika benar itu sekadar
ciptaan manusia, mengapa kisah itu bertahan sekian lama? Apa pula yang
membuat sejarawan/ilmuwan demikian getol berkutat memecahkannya?